Skip to content

5 Langkah Cepat Jika Kamu Mengalami Sexual Harassment di Tempat Kerja

Bekerja seharusnya menjadi pengalaman yang profesional dan aman. Namun, bagi sebagian orang, tempat kerja bisa berubah jadi ruang yang bikin cemas — bukan karena beban kerja, tapi karena perlakuan tak pantas dari rekan kerja, atasan, atau bahkan klien.

Sexual harassment di tempat kerja bukan cuma cerita dalam berita. Banyak orang mengalami, tapi bingung harus mulai dari mana. “Haruskah aku langsung melapor? Apakah cukup punya bukti? Apa nanti malah karierku yang hancur?”

Kalau kamu atau orang di sekitarmu sedang menghadapi situasi seperti ini, berikut 5 langkah cepat yang bisa kamu lakukan — langkah-langkah ini penting, praktis, dan bisa jadi pembeda antara diam atau melawan.

1. Kenali Bentuk Pelecehan Seksual di Kantor

Langkah pertama — jangan abaikan tanda-tandanya.
Menurut Fair Work Commission Australia, sexual harassment di tempat kerja mencakup:

  • Komentar seksual yang tidak diminta
  • Kontak fisik yang tidak diinginkan
  • Isyarat tubuh atau tatapan sugestif
  • Pengiriman pesan/inbox/chat bernada seksual
  • Ancaman atau janji keuntungan kerja dengan imbalan seksual

Intinya: kalau kamu merasa terganggu, terintimidasi, atau dipermalukan secara seksual — itu sudah cukup untuk menganggapnya pelecehan.

Ingat, pelecehan tidak harus terjadi berulang kali. Satu kejadian pun bisa dikategorikan sexual harassment, tergantung intensitas dan dampaknya.

2. Catat Segala Bukti Sebisa Mungkin

Meskipun kamu sedang dalam kondisi tidak nyaman atau syok, dokumentasi adalah tameng utama kamu.

Apa yang bisa dicatat?

  • Tanggal dan waktu kejadian
  • Lokasi (offline atau online)
  • Siapa pelaku dan siapa saksi (jika ada)
  • Isi pesan, email, atau percakapan (screenshot atau forward ke email pribadi)

Contoh nyata:

“Nina, 28 tahun, mencatat semua pesan dari atasannya yang makin lama makin tidak pantas. Ia tidak langsung melapor, tapi ketika tekanan meningkat, semua bukti itu jadi sangat berharga.”

Meskipun kamu belum yakin mau melapor, simpen dulu semuanya — nanti bisa kamu putuskan sendiri langkah selanjutnya.

3. Bicarakan ke Pihak yang Kamu Percayai

Jangan simpan sendiri. Berbagi cerita bukan kelemahan, tapi kekuatan.

Kalau kamu belum siap melapor ke HR, setidaknya:

  • Ceritakan ke teman kantor yang bisa dipercaya
  • Konsultasi dengan employee assistance program (EAP)
  • Hubungi organisasi perlindungan tenaga kerja atau hotline pelecehan

Tujuannya bukan cuma cari solusi, tapi juga buat memperkuat posisi kamu kalau nanti mau lapor resmi.

Bahkan kadang cuma dengan didengar, beban udah berkurang setengah.

4. Laporkan Lewat Jalur Formal — Jika Kamu Siap

Kalau kamu udah siap dan yakin, laporkan secara resmi.

Biasanya ada 2 jalur:

  • Internal: HRD, atasan langsung, atau komite etik perusahaan
  • Eksternal:

Tips sebelum melapor:

  • Tulis kronologi jelas (bisa dari catatan langkah 2)
  • Persiapkan mental untuk proses yang mungkin panjang
  • Minta dukungan moral dari orang yang kamu percaya

5. Pulihkan Diri & Ambil Kendali Lagi

Melaporkan pelecehan seksual bisa menguras emosi. Wajar kalau kamu merasa marah, takut, atau bahkan bersalah — meski seharusnya kamu nggak perlu merasa begitu.

Langkah terakhir: rawat diri dan jangan kehilangan kendali hidup.

  • Ambil waktu untuk pulih — cuti, liburan, atau terapi
  • Bergabung dengan komunitas penyintas atau support group
  • Fokus ke hal-hal positif yang bisa bantu kamu pulih secara mental

Ingat, kamu bukan korban selamanya — kamu penyintas yang memilih melawan.

Penutup: Jangan Diam, Kamu Punya Hak

Pelecehan seksual di tempat kerja bukan cuma soal etika, tapi pelanggaran hukum dan hak asasi. Kamu berhak bekerja di lingkungan yang aman dan profesional — tanpa ancaman, tekanan, atau perlakuan cabul yang merusak mental.

Langkah-langkah di atas bukan cuma untuk bertahan, tapi untuk bangkit dan ambil kendali. Makin banyak yang berani bicara, makin kecil ruang gerak para pelaku.

Kamu tidak sendiri. Jangan diam. Satu suara bisa lindungi banyak orang.